Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Pengalaman Tanpa Tujuan Sampai Pergi Ke Kota Semarang

Waktu itu, pukul dua lebih tiga puluh, perpindahan waktu dari siang menuju sore hari. Seorang teman yang bertamu di rumah merasa bosan dan jenuh dengan keadaan.

Cuaca waktu itu sedang dalam keadaan mendung gelap, menandakan sebentar lagi akan terjadi hujan deras. Tapi rasa bosan dan jenuh mengalahkan ketakukan akan terjadinya hujan deras tersebut.

Singkat cerita waktu itu kita ngobrol tentang kejenuhan hidup yang sedang kita alami. Ingin pergi ke suatu tempat yang jarang sekali kita singgahi, tepatnya salah satu kota di Jawa. Jaraknya kurang lebih seratus dua puluh kilo dari rumah.

Kita sempat berkata, kalau kita pergi dan ketika sampai bahkan pulang lagi ke rumah tanpa kehujanan, berarti semesta mendukung apa yang akan kita lakukan.

Memang waktu itu pikiran, hati, dan tubuh ini sempat ragu. Apakah jadi pergi atau tidak. Tapi yaitu tadi, jenuh, rasa bosan mengalahkan keraguan kita.

Mulailah kita berangkat dari jogja, tepatnya di kabupaten paling timur perbatasan antaran sleman dan juga klaten. Berhubung kondisi jarum indikator bensin sudah mengarah ke huruf E warna merah, mampirlah kami ke pom bensin untuk mengisi bensin. Sengaja waktu itu diisi full supaya tidak banyak berhenti nanti di perjalanan.

Sebenarnya diawal kami tidak ada tujuan mau kemana. Daripada bingung sama-sama terserah, akhirnya saya nyeplos dan berkata bagaimana kalau pergi ke Semarang saja. Dan tanpa diduga tanpa dikira ternyata teman saya ini mengiyakan omongan saya.

Dari Sleman timur, kami mengarah ke daerah turi untuk sampai tempel, yaitu jalan utama perbatasan antara Kabupaten Sleman dan juga Kabupaten Magelang.

Sepanjang perjalan terlihat dari arah utara awan hitam menyelimuti gunung merapi, mebuat rasa ragu apakah tetap lanjut atau tidak. Tapi kembali lagi seperti diawal tadi dan berucap kalau selama kita pergi ini, tidak kehujanan, berarti perjalan kita ini memang diridhoi oleh sang maha kuasa. Itulah kata-kata penyemangat singkat yang tetanaman dalam pikiran.

Ramai kendaraan silih berganti dilanggar dan melanggar untuk sampai tujuan yang dituju. Berbagai macam tipe kendaraan juga mewarnai jalur Magelang pada saat itu.

Setelah sekian lama berkendara, dengan segala macam hiruk pikut lalu lintasnya. Sampailah kami di perbatasan antara Magelang dan juga Kabupaten Semarang.

Berhenti sebentar di pom bensin bukan karena mau isi bensin tapi mau istirarah mendinginkan pantat yang sekian jam berpadu dengan jok motor sekaligus menyetor hajat toilet yang ada di situ.

Ketika diawal tadi memutuskan untuk pergi ke Semarang, saya sempat mengirim pesan ke kenalan saya yang tinggal di sana. Setelah sekian jam pesanya baru dibalas. Dan ketika saya berniat untuk mampir ke tempat tinggalnya, ternyata orangnya sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Ya asudahlah.

Tidak punya tujua lagi kita di Kabupaten semarang itu. Tibalah kami di minimarket yang ada di daerah Ungaran. Istirahat sebentar, ngopi-ngopi sambil menahan suara perut lapar, karena sedari siang belum makan.

Hidupkan motor lagi, menuju ke arah kotanya, sambil menengok kanan kiri berharap ada warung mie ayam yang masih buka. Jadi waktu itu jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Apa mau dikata, sudah berusaha untuk cari makan tapi warung tidak ditemukan, karena memang kami bukan orang daerah situ, jadi tidak tahu dimana keberadaan warung mie ayam yang masih buka.

Sampai tak terasa sampailah kami di Bundaran jalan depan Bangunan Lawang Sewu. Tak menyangka juga kok bisa-bisanya kita sampai di daerah itu padahal diawal memang tidak ada tujuan sama sekali.

Motor kami tepikan dan istirahatkan di pinggir jalan, sekaligus badan kami istirahatkan ditemani suara obrolan dengan berbagai macam bahasan.

Tak terasa sudah sangat larut malam kami berada di situ. Dari yang awalanya kondisi jalan ramai, sampai sudah semakin sepi semakin sedikit kendaraan. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja dengan perut keroncongan yang masih belum sempat ke isi.

Mau nggak mau apa saja warung yang masih buka, kami bakal mampir di situ. Dan benar saja ternyata ada warung nasi goreng yang masih buka, dan memang sepertinya buka nya memang di malam hari.

Dengan lahapnya saya makan nasi goreng tersebut, rasa nikmat begitu terasa di lidah, dan akhirnya perut juga sudah kenyang dan tenaga juga sudah kembali terisi. Lanjut lagi perjalan pulang dan akhirnya kami sampai ke rumah masing-masing dan istirahatlah kami.

Kesimpulan yang dapat dipetik dari cerita saya di atas adalah. Jika bingung mau melakukan sesuatu, setidaknya mulailah, entah nanti jadinya seperti apa, walaupun tidak pasti arah dan tujuan setidaknya akan ada cerita yang bisa diciptakan. 

Berdiam diri bukanlah tindakan dan jangan hanya berpasrah akan keadaan. Mulai melakukan tindakan untuk tahu langkah kedepan.