Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Pengalaman Aneh Sebelum Mendaki Gunung Sumbing

Pada bulan Desember tahun 2018. Di bulan itu itu sedang terjadi musim hujan dan intensitas hujannya hampir setiap hari terus-menerus sepanjang hari.

Karena keinginan saya waktu itu sangat kuat untuk mendaki gunung, dan kebetulan teman saya juga punya rasa yang sama, akhirnya kami memutuskan untuk berkelana mencoba pergi keluar kota yaitu adalah Gunung Sumbing yang terletak di Kabupaten Wonosobo.

Salah satu gunung yang populer di Indonesia karena memiliki pemandangan yang indah di sebelah Sisi Utara menghadap langsung ke Gunung Sindoro. Dan tentunya dari sisi lain juga mempunyai daya tarik tersendiri dengan pemandangan yang luar biasa indahnya juga.

Kebetulan Waktu itu saya mendaki melewati basecamp Garung Wonosobo. Salah satu basecamp yang terkenal dengan ojek online untuk membantu para pendaki mempersingkat waktunya, dari basecamp ke pos satu itu hanya ditempuh dalam waktu beberapa menit dengan menggunakan kendaraan motor yang sudah di modifikasi.


Dan salah satu yang tidak akan Terlupa adalah ketika driver atau pengemudinya memacu kendaraan dengan kecepatan yang lumayan tinggi di jalan yang cukup extreme sehingga membuat saya dan teman saya cukup ketakutan waktu itu.

Takut jatuh atau takut kenapa-napa, karena waktu itu Sehabis Hujan dan kondisi jalan yang masih bebatuan tentunya juga licin.

Nah sebelum sampai ke Gunung Sumbing ini ada beberapa cerita yang kalau saya ingat sekarang ini, seperti sesuatu yang kurang bisa diterima secara akal sehat kami pada saat itu.

Ada beberapa keganjilan yang cukup Masih Membekas Dan teringat di kepala sampai sekarang ini dan mungkin tidak akan terlupakan mana Saya sudah mendokumentasikannya dalam sebuah tulisan yang sedang saya unggah sekarang ini.

Dari awal sebelum melakukan pendakian di Gunung Sumbing


Kami berangkat dari Jogja cuma 2 orang. Bukan lain dan tidak bukan adalah saya dan teman saya. Berangkat dari rumah saya berboncengan kurang lebih sekitar pukul 9 pagi.

Karena bisa dibilang Kami adalah pendaki yang masih belum punya perlengkapan untuk mendaki gunung, akhirnya kami menyewa perlengkapan tersebut di salah 1 penyewaan yang terletak di sebelah selatan kampus UNY.

Di tempat penyewaan itu setelah kebutuhan yang diperlukan sudah lengkap, salah satu syaratnya untuk membawa barang-barang tersebut adalah dengan meninggalkan KTP sebagai jaminan.

Kami tempat berembuk ktp siapa yang akan ditinggal sebagai jaminan. Ternyata untuk KTP di luar Kabupaten perlu menambahkan bukti materai dan tentu juga perlu biaya tambahan.

Berhubung teman saya berasal dari luar Kabupaten, maka KTP saya yang menjadi jaminan menyewa alat camping tersebut.

Berangkatlah kami dari situ menuju arah Magelang. Dan ternyata ketika sampai Jalan Palagan hampir mendekati Jalan Magelang, teman saya mengeluh bahwa ktp-nya hilang.

Cukup lumayan lama kami mencari bahkan sampai hampir balik lagi ke tempat penyewaan tenda tadi dan ternyata KTP tersebut ketemu di salah satu saku tas carrier yang memang waktu itu cukup tersembunyi keberadaannya.

Tentu teman saya lumayan panik juga karena kalau ktp-nya hilang lumayan ribet ya untuk mencari mengurus dan lain sebagainya.

Hampir kena tilang Pak Polisi di Salaman Magelang


Sebenarnya ada beberapa rute untuk sampai ke basecamp Garung di Wonosobo.

Waktu itu kami memutuskan untuk lewat Borobudur sehingga nanti Tembusnya di daerah Sapuran yang kondisi jalannya tidak terlalu ramai jika dibandingkan lewat Kota Magelang.

Untuk melewati rute tersebut di lampu merah pertigaan karo lurus ke arah Kota Magelang dan Kalau belok ke kiri ke arah Candi Borobudur.

Berhubung tujuan kami tidak lewat jalur kota akhirnya kami belok Kiri Ke arah Candi Borobudur.

Nah, setelah melewati Candi Borobudur kami melaju ke arah Salaman Magelang yang waktu itu memang kondisi jalannya lumayan naik turun, dengan kepadatan lalu lintas yang lumayan sepi.

Dan tanpa diduga tanpa dikira setelah tanjakan dan turunan tiba-tiba di situ ada beberapa bapak polisi yang berkumpul dan nggak tahu kenapa kami diberhentikan, dengan alasan apa juga tidak kami tidak tahu.

Kebetulan Waktu itu saya yang mengemudi dan memang dokumen kendaraan dan juga SIM juga lengkap.

Yang jadi pertanyaan sampai sekarang ini adalah waktu itu tidak semua kendaraan diberhentikan. Bahkan banyak kendaraan di depan dan belakang saya juga dibiarkan melaju begitu saja. Jadi bisa disimpulkan bahwa itu adalah bukan sedang ada operasi pemeriksaan dokumen kelengkapan perjalanan.

Kebetulan waktu itu motor yang kami gunakan adalah motor dengan plat luar kota. Dan namanya stigma yang sudah melekat kepada instansi itu diakui atau tidak diakui pasti banyak negatifnya.

Singkat cerita berhubung dokumen kelengkapan berkendara kami lengkap, dan juga sempat ngobrol ditanya-tanya sebentar, akhirnya kami diperkenankan untuk lanjut perjalanan.

Tidak tahu keberadaan Gunung Sumbing


Waktu itu bisa dibilang Kami memang belum terlalu hafal daerah di Wonosobo. Saat itu memang Gunung Sumbing tertutup awan tebal dan sempat membuat kami bingung dan tidak tahu bahwa Gunung Sumbing terletak di sebelah selatan Gunung Sindoro.

Kami sempat mengira bahwa Gunung Sindoro itu adalah gunung Sumbing karena waktu itu gunung yang kelihatan lumayan besar dan tinggi adalah gunung tersebut.

Singkat cerita, yang seharusnya di pertigaan kami harus belok kanan ke arah basecamp Garung, kami justru lurus terus ke arah Kota Wonosobo karena hanya mengandalkan Google Map yang ternyata waktu itu juga salah.

Sempat berteduh sebentar di salah satu bangunan yang tidak berpenghuni karena waktu itu turun hujan lumayan deras.

Mungkin seperti orang bingung dan tidak tahu arah kami pada waktu itu. Gunung Sumbing yang seharusnya dekat bahkan sudah terlewati, kami justru melaju terus ke arah Kota Wonosobo bahkan malah menuju ke arah Dieng.

Sempat ragu dan janggal Akhirnya saya menyuruh teman saya  untuk mengecek lagi apakah Maps di hpnya betul atau tidak.

Dan benar saja ternyata memang salah dan kami cukup tersesat bahkan waktu itu diarahkan oleh Maps ke jalan alternatif yang bisa dibilang kondisi jalannya masih berupa tanah bebatuan dan kebetulan waktu itu Sehabis Hujan otomatis jalan pun menjadi licin.

Entah di daerah mana waktu, Kami sempat terjatuh karena menuruni turunan jalan yang yang licin itu tadi, dan nggak tahu kenapa waktu itu justru kami tertawa bahagia seperti masa kecil yang bisa tertawa tanpa alasan yang jelas.

Singkat cerita, akhirnya kami bertanya ke penduduk sekitar tentang arah yang benar menuju basecamp Garung Wonosobo.

Tibalah kami di basecamp tersebut kurang lebih pukul 5 sore, dari yang seharus dan normalnya jarak antara Jogja dan Basecamp tersebut cukup perlu ditempuh dalam waktu 3-4 jam perjalanan saja. Padahal dari Jogja kami berangkat sebelum jam sepuluh pagi.

Tapi apapun ceritanya, itu adalah sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan dan bisa menjadi bahan bercerita bagi siapun yang merasa serupa dan mempunyai minat yang sama.

Itulah sedikit cerita tentang keanehan pengalaman yang saya alami sebelum melakukan pendakian gunung sumbing di tahun 2018 lalu.

Sebenarnya masih ada lagi cerita yang sampai sekarang ini masih teringat bahkan tidak akan bosan untuk diceritakan. Tunggu saja kisahnya tentang cerita dan pengalaman mendaki gunung sumbing yang saya alami sendiri.